Thomas sedang membaca cerita fabel di atas tempat tidurnya saat Katherine mengetuk pintu kamarnya sebanyak tiga kali.
"Apa aku boleh masuk?" tanyanya. Wajahnya yang cerah tersembul dari balik pintu.
"Tentu." Thomas menjawab cepat sambil mengangkat kedua bahunya. "Masuklah!"
Dan Katerine pun masuk.
"Kau sangat rajin. Apa kau suka cara belajarmu yang seperti
ini?" Ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang, menumpangkan kaki kiri
pada kaki kanannya, memandang Thomas yang tengah tersenyum. "Maksudku
... aku hanya takut kau--"
"Aku baik-baik saja. Ya, meski jujur, aku masih harus
membiasakan diri. Tapi Miss Clever benar-benar baik. Dan aku merasa
tidak ada masalah dengan semua ini."
Katerine mengangguk-anggukan kepala secara samar. "Begitu, ya?"
"Aku akan memberitahumu bila aku sudah benar-benar bosan. Jika hal itu bisa membuatmu tenang."
Katerine tertawa samar. Lalu membelai rambut pirang adiknya.
"Aku percaya kau akan melakukan hal itu. Jadi, apa yang sedang kaubaca?"
Thomas memperlihatkan kover berwarna hijau buku itu. Gambar hewan-hewan berkumpul di dalam bingkai di tengah-tengah kover.
Katerine mengernyit. "Fabel? Sepertinya menarik. Ceritalah."
"Yang sedang aku baca adalah cerita tentang seekor ikan
yang sedang berenang mencari lautan." Thomas menunduk, menatap halaman
yang sedang dibacanya tadi.
"Teruskanlah. Aku penasaran." Katerine sedikit mencondongkan tubuhnya. Mengintip halaman yang sedang dibaca adiknya.
Thomas tersenyum, memandang kakaknya, kemudian kembali bercerita.
"Ikan itu berenang berhari-hari, bahkan sampai
berminggu-minggu. Dan suatu ketika, ia bertemu dengan ikan yang sangat
besar. Ikan kecil itu pun bertanya, 'Maaf, Tuan. Bisa Tuan tunjukkan
jalan menuju lautan?' Alih-alih menjawab, ikan besar itu malah
terpingkal-pingkal, dan kemudian hanya menjawab singkat, 'Ikan kecil,
kau sudah ada di lautan!'"
Katerine memundurkan tubuhnya sambil mengangguk-anggukan kepala. "Cerita yang menarik."
Thomas memandang Kakaknya dengan tatapan heran. "Benarkah?"
"Ya. Bacalah lagi. Dan lagi." Katerine kemudian berdiri.
"Aku akan menyiapkan malam. Akan kupanggil jika sudah siap. Selamat
belajar."
Derap sepatu Katerine mengiringi langkahnya mendekati
pintu. Dan sementara itu, Thomas terus menatap bingung pada kakaknya. Ia
pun kemudian kembali menekuri halaman demi halaman cerita dalam buku
itu.
***
Katerine bertanya tentang pelajaran yang diterima Thomas pada hari itu, saat mereka sedang makan malam berdua, keesokan harinya.
"Ya, begitulah. Aku menceritakan kembali apa yang aku baca.
Persis seperti yang ada di buku. Tapi Miss Clever kelihatan tidak
terlalu gembira." Ia menyuapkan sedikit makanan di atas piringnya.
Mengunyahnya dengan perlahan. Kemudian melanjutkan. "Entahlah. Aku tidak
mengerti. Sepertinya aku terlalu bodoh untuk hal ini."
"Thomas ... jangan bicara seperti itu." Katerine memajukan
tangannya, menyentuh lembut tangan kiri Thomas yang berada di atas meja.
"Kau hanya ... " Thomas mendongak. Mata dan mulut Katerine
bergerak-gerak cepat, "cobalah untuk santai. Kau tahu? Sejak kau kembali
ke rumah ini, kau selalu kelihatan tegang."
Thomas menunduk.
"Cobalah untuk menjadi dirimu sendiri."
Dan selanjutnya, hanya denting sendok yang meramaikan suasana makan malam itu.
***
Tidak seperti biasanya, kali ini Katerine membiarkan
adiknya duduk sendirian di ruang tamu. Thomas duduk kursi dekat jendela,
memandang kosong ke halaman rumahnya yang hanya diterangi tiga lampu
taman. Laron-laron berterbangan mengelilingi lampu-lampu itu.
Ia mendesah. Dan seperti ada yang memanggilnya, ia menoleh
ke kanan. Seekor ikan Koi berenang berputar di dalam akuarium,
berkejaran dengan sesamanya. Ada enam ikan di sana. Dan semuanya Koi.
Melesat cepat dari kanan ke kiri; atas ke bawah. Ekornya bergerak-gerak
dengan gemulai. Warnanya yang merah dan putih mengilap tertimpa lampu
akuarium.
Ikan itu hidup. Ikan itu bergerak-gerak lincah di antara sesamanya.
"Kenapa koi?"
"Di beberapa negara, ikan Koi dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan."
*terinspirasi dari ... lupa darimana xD