Keluarga Supousia adalah keluarga yang tersohor di negeri Ujung
Timur. Mereka bukan tersohor karena keberhasilan atau sesuatu yang
membanggakan terjadi dalam keluarga itu, namun karena setiap lelaki
dalam keluarga mereka selalu tewas dengan mengenaskan pada tanggal 31
Oktober, bertepatan dengan hari halloween.
Ayah Grant, Tom, meninggal sebelas tahun yang lalu dalam sebuah
kecelakaan pesawat terbang tepat pada tanggal 31 Oktober. Paman Grant,
John, meninggal setahun kemudian karena tersengat arus listrik saat
membetulkan kabel di sekitar kolam renang di halaman belakang rumahnya.
Sedangkan anak John, Tim, tenggelam di kolam renang yang sama. Padahal
Tim adalah seorang perenang yang handal dan telah menjuarai beberapa
kejuaraan renang di Ujung Timur sejak berusia 12 tahun. Setahun yang
lalu, kakak Grant, Brian, meninggal karena tersambar petir, padahal
cuaca di Ujung Timur pada bulan Oktober seharusnya bukan musim hujan.
***
30 Oktober – 11:28 PM
Grant Supousia adalah lelaki terakhir dari keluarga Supousia. Dia tinggal di sebuah rumah bergaya victoria
berwarna merah bata dengan banyak jendela, kaca patri dan cerobong
asap. Rumah tersebut terlihat mencolok dibanding rumah-rumah
disekitarnya yang umumnya berwarna putih gading.
Grant mengunci diri di dalam rumah untuk menghindari kecelakan, petir
bahkan bahaya tersetrum listrik. Ia hanya duduk di pinggir perapian dan
menikmati chardonay yang terus ia tuang. Entah sudah berapa gelas chardonay
yang ditenggak oleh Grant untuk mengusir risau yang sedang melanda.
Masih juga ia terlihat linglung dan selalu menggerutu. Kematian Brian
masih terlalu sulit ia terima. Bukan hanya itu, ia juga takut bahwa
sebentar lagi bisa jadi nyawanya akan segera melayang.
Terdengar ketukan berat di pintu ruangan itu.
“Masuk.”
“Tuan, Nona Persephony sudah datang” Charlie, si pelayan tua yang
telah melayani keluarga Supousia melangkah masuk ke dalam ruangan.
Diikuti oleh seorang perempuan cantik dengan gaun merah menyala, senada
dengan warna pemulas bibir yang dikenakannya.
“Persephony” seru perempuan itu seraya mengulurkan tangannya yang
putih halus kepada Grant. Grant menyambutnya dan mempersilahkan ia
duduk. Grant memberi kode dengan matanya agar Charlie segera
meninggalkan ruangan.
“Sudah pasti kau tahu alasanku memanggilmu, Nona Persephony?” tanya Grant.
“Ya tuan. Anda mengirim orang untuk menjemput saya, agar saya bertemu
anda dan menyelamatkan nyawa anda.” Jawab Persephony dengan percaya
diri.
“Kau tentu tahu sejarah keluargaku.”
“Seluruh penduduk di Ujung Timur sudah mengetahui sejarah Keluarga
Supousia. Bahwa beribu tahun lalu, nenek moyang anda telah dikutuk oleh
kaum penyihir Ujung Timur agar seluruh lelaki Supousia meninggal pada
malam para penyihir, 31 Oktober dan..” Persephony belum sempat
menyelasaikan kisahnya, namun Grant sudah memotong pembicaraannya.
“Aku tidak perlu diingatkan akan hal itu. Aku akan langsung saja.
Besok adalah tanggal 31 Oktober dan aku tidak ingin nyawaku melayang.
Setidaknya, belum. Jadi, katakan padaku bagaimana aku bisa bertahan
melewati hari esok? Nah, apa yang akan kau sarankan untukku?” Grant
kembali mengisi gelasnya dengan chardonay.
“Tuan, tidak ada yang bisa lari dari kematian. Jika esok adalah
saatnya tuan mati, maka pastilah tuan akan mati.” Grant menatap
Persephony dengan tajam. “Tapi, mungkin tuan bisa mengakali sang
kematian.” Persephony melirik gelas kosong di hadapannya. Grant pun
segera mengisi gelas tersebut dengan chardonay yang sama.
“Apa maksudmu mengakali kematian?” tanya Grant.
“Tuan harus melakukan bunuh diri, sebelum tanggal 31 Oktober.
Sarangkan sebuah peluru sekitar 3 inci dari jantung tuan. Tidak perlu
khawatir, jarak 3 inci tidak akan membunuh tuan, tapi harus sebelum
tanggal 31 Oktober. Tuan hanya punya waktu sekitar 12 menit dari
sekarang. Ini adalah malam para penyihir, siapa tahu mereka akan
berfikir anda sudah mati sebelum tanggal 31 Oktober dan meluputkan tuan
dari kematian sesungguhnya. Saya harus pergi, harga yang tuan bayar
hanya untuk lima belas menit waktu saya. Semoga berhasil, tuan.”
Persephony meletakan pistol berkaliber 45 yang dilengkapi dengan peredam
dan keluar ruangan.
Grant kembali duduk di meja kerjanya. Menatap pistol yang diberikan
oleh Persephony. Sisa waktunya hanya tinggal dua menit, namun ia masih
ragu untuk melakukannya. Jika salah perhitungan, sudah pasti nyawanya
tidak tertolong. Tiga inci rasanya masih terlalu dekat dengan jantung.
Grant meletakan pistol itu di jantungnya. Digeserkan sekitar tiga
inci. Ia menarik nafas panjang dan melirik ke arah jam dinding. Empat
puluh lima detik lagi sebelum tanggal 31 Oktober. Diraihnya segelas
chardonay terakhir untuk menambah keberaniannya menarik pelatuk pistol
tersebut. Dan…
Bukk!!
Grant terkulai lemas di meja kerjanya. Darah segar merembes dari
sweater yang dikenakannya. Matanya masih menatap jam dinding di
hadapannya. Jam tersebut seolah berhenti seiring nafasnya yang semakin
berat.
Lamat-lamat terdengar jam berdenting. Tunggu dulu, itu suara jam dari
sebuah kapel yang terletak di depan rumah Grant. Jam tersebut hanya
berdenting setiap jam 12 malam. Grant mencoba mengangkat kepalanya untuk
melihat jam dindingnya.
“Tidak, masih ada empat puluh lima detik lagi” geram Grant dalam
hati. Jam dinding di hadapan Grant masih tidak bergerak. Namun jam di
kapel masih terus berdenting.
0 comments