Book Review Hukuman

[BOOK REVIEW] Alice's Adventures in Wonderland & Through the Looking-Glass and What Alice Found There by Lewis Carroll

10.52Unknown



Judul Asli: Alice's Adventures in Wonderland & Through the Looking-Glass and What Alice Found There
Judul Terjemahan: Petualangan Alice - Alice di Negeri Ajaib & Alice Menembus Cermin
Pengarang: Lewis Carroll
Jenis: Fiksi, Sastra Klasik Anak
ISBN: 777100931 / 978-979-27-7323-1
Penerbit: Elex Media Komputindo (Kompas Gramedia Group)
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 282++


Siapa yang tidak mengenal kisah Alice's Adventures in Wonderland atau Alice di Negeri Ajaib?

Kisah Alice di Negeri Ajaib menjadi salah satu karya Charles Lutwidge Dodgson (1832-1898) atau yang lebih dikenal dengan nama samaran Lewis Carroll, yang terus abadi sepanjang masa. Bahkan, kisah petualangan Alice ini, menjadi kisah paling terkenal selama abad 19 dan menjadi salah satu buku sastra klasik anak yang menandakan munculnya era baru bagi sastra anak di masa itu.

Tetapi, tahukah kalian tentang sekuel dari kisah Alice tadi? 

Mungkin tidak banyak yang familiar dengan sekuel kisah Alice di Negeri Ajaib. Kisah Alice Menembus Cermin (terjemahan dari Through the Looking-Glass and What Alice Found There). Kisah Alice di Negeri Ajaib yang lebih banyak diterjemahkan dan diadaptasi ke berbagai bentuk; komik, serial televisi, tayangan kartun, teater musikal, bahkan film layar lebar.

Di kehidupan aslinya, Lewis Carroll tidak hanya diketahui sebagai seorang penulis. Dia juga seorang ahli Matematika dan menjadi profesor Matematika di Oxford, ahli logika, serta fotografer handal.

Banyak yang berpendapat bahwa tokoh Alice di dalam kisah-kisah karangan Lewis Carroll terinspirasi dari Alice Liddell, putri dari keluarga Henry Liddell yang juga sahabat Lewis Carroll. Konon, atas permintaan Alice Liddell, Lewis Carroll menuliskan dongengnya tentang Alice. Pada awalnya, kisah petualangan Alice ini diberi judul Alice's Adventures Under Ground. Judul ini kemudian diubah menjadi Alice among the Fairies, diubah lagi menjadi Alice's Golden Hour, dan terakhir baru menjadi Alice's Adventures in Wonderland seperti yang kita kenal sekarang ini.

Karya-karya dari Lewis Carroll memiliki ciri khas, yaitu tidak pernah memaksa untuk memasukkan nilai moral tertentu atau tidak harus memiliki pengajaran dan kandungan pendidikan tertentu. Karya-karya Lewis Carroll mengajak anak untuk menciptakan dunia imajinasi seluasnya. Inilah yang menyebabkan karya-karya dia cenderung terasa tidak masuk akal dan di luar logika. Namun, justru, kebebasan berimajinasi yang disampaikan oleh Lewis Carroll di dalam kisah-kisah petualangan Alice menjadi kekuatan utamanya. Lewat karakter Alice, Lewis Carroll mengajak anak-anak untuk "menantang" rasa ingin tahu, membiarkan spontanitas khas anak untuk berkembang. Lewis Carroll mengajak anak untuk tetap bermain ketika mereka mengikuti kisah petualangan Alice. Dalam hal ini, Lewis Carroll seolah mengingatkan kita bahwa benar, ada anak-anak yang ketika mereka membaca buku, tujuannya memang hanya ingin bersenang-senang. Bukan untuk "didikte".

Dia juga memasukkan unsur-unsur mitologi dan ini membuat tulisan-tulisan Lewis Carroll yang dituangkan di dalam kisah petualangan Alice menjadi lebih kaya.


***


Terkait dengan adaptasi Alice's Adventures in Wonderland ke dalam bentuk film, berikut saya masukkan link cuplikan film adaptasi pertama kisah Alice dan ini dibuat pada tahun 1903. Wow! Konsep film adaptasi ini adalah silent movie.

Dan ini adalah contoh adaptasi live-action petualangan Alice dari sekuel kisah Alice Menembus Cermin dan dibuat pada tahun 1985. Film adaptasi ini adalah favorit saya dari seluruh adaptasi kisah petualangan Alice yang pernah saya tonton.


Sementara ini, adalah salah satu adaptasi film animasi petualangan Alice versi Disney. Bisa meluncur ke link ini: Alice in Wonderland - Eng.


***


Alice's Adventures in Wonderland dibuka dengan adegan Alice yang mulai bosan. Dia duduk di samping kakak perempuannya dan tidak melakukan apapun. Sesekali dia mengintip buku yang sedang dibaca oleh kakaknya itu, tetapi buku itu tidak bergambar dan tidak pula ada percakapan di dalamnya.

Apa gunanya sebuah buku bila tidak bergambar dan tidak ada percakapan di dalamnya? 


Saat sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba seekor Kelinci Putih bermata merah muda lewat di depannya. Sebenarnya, tidak ada yang luar biasa dari aksi Kelinci Putih itu berbicara sendiri.

Aduh! Aduh! Aku terlambat!

Awalnya, Alice tidak memperhatikan. Sampai akhirnya Alice melihat Kelinci Putih benar-benar mengeluarkan sebuah jam dari saku rompinya, lalu melihat jam tersebut dan kemudian tergesa-gesa pergi. Barulah kemudian Alice segera bangkit karena terlintas dalam pikirannya bahwa ia belum pernah melihat seekor kelinci berompi atau memiliki sebuah jam yang dapat dikeluarkan dari kantong rompi itu. Karena sangat penasaran, Alice berlari mengejar Kelinci Putih dan untunglah ia tepat waktu untuk melihat si Kelinci Putih melompat ke dalam sebuah lubang besar menuju ke sarang kelinci di bawah pagar tanaman. Seketika itu pula, Alice ikut melompat ke dalam lubang tanpa memikirkan bagaimana caranya kelak ia dapat keluar dari tempat itu. Di sinilah, petualangan Alice di Negeri Ajaib dimulai.

Selengkapnya tentang kisah Alice di Negeri Ajaib dapat dibaca di review saya sebelumnya.


Kisah Through the Looking-Glass and What Alice Found There dimulai dengan adegan Alice sedang bermain dengan anak-anak kucingnya. Kemudian, Alice meminta anak-anak kucing tersebut untuk bermain catur. Alice melihat bahwa salah satu dari anak kucingnya, si Kitty, persis terlihat seperti seorang pion Ratu. Jadi, dia meminta Kitty untuk berpura-pura sebagai Ratu Merah. Sayangnya, Kitty tidak dapat berdiri seperti pose Ratu Merah sesuai yang diminta Alice. Maka, untuk menghukum Kitty, Alice mengangkatnya ke arah Cermin supaya binatang itu bisa melihat betapa menyebalkannya dirinya.

Dan bila sikapmu tidak segera berubah menjadi baik, kamu akan kumasukkan menembus Rumah Cermin. Coba rasakan itu!

Sambil menghadapkan Kitty ke arah Cermin, Alice terus saja bercerita tentang apa saja yang dapat terlihat dari Rumah Cermin. Dia memperlihatkan pantulan bayangan di Cermin yang terlihat saat itu kepada Kitty, dan membayangkan itulah yang juga ada di dalam Rumah Cermin. Kemudian, Alice mengajak Kitty untuk berpura-pura ada jalan untuk masuk ke Rumah Cermin.

Ayo berpura-pura, Kitty, bahwa kaca itu lunak seperti kabut tipis sehingga kita dapat menembusnya. Nah, kunyatakan sekarang bahwa cermin itu sudah beralih menjadi kabut sekarang! Maka, akan cukup mudah buat kita untuk menembusnya.

Alice sedang memanjat bagian cerobong dari perapian saat ia mengatakan semua tadi, meskipun dia hampir tidak tahu bagaimana dia bisa sampai di tempat itu. Dan tentu saja, Cermin mulai meleleh menjadi kabut keperakan yang terang. Dalam sekejap, Alice telah menembus dinding dan melompat dengan ringan ke dalam kamar Cermin.

Di dalam sana, segala sesuatu merupakan kebalikan dari apa yang dia lihat sebelumnya dan semua sepertinya dapat bergerak. Alice melihat sekelilingnya, dan menemukan bahwa pion catur menjadi hidup. Alice menjadi lemas!

Itu sang Raja Merah dan Ratu Merah, dan itu sang Raja Putih dan Ratu Putih sedang duduk di ujung sekop dan ada dua benteng yang sedang berjalan bergandengan tangan. Kurasa mereka tidak dapat mendengarku dan aku yakin bahwa mereka tidak melihatku. Kurasa, aku ini tidak terlihat.

Tiba-tiba saja, karena suatu kejadian, Alice diharuskan untuk membaca puisi aneh yang disebut dengan Jabberwocky. Awalnya Alice kesulitan untuk membacanya, karena tulisan puisi itu terbaca aneh. Sampai akhirnya, Alice tersadar bahwa dia sedang berada di dalam cermin. Jadi, tentu saja, Alice harus membacanya secara terbalik untuk bisa membaca puisi itu dengan benar.

Di bawah ini, saya masukkan versi asli dari puisi Jabberwocky dan juga versi terjemahannya, supaya mudah untuk memahami kenapa puisi ini disebut dengan nonsense poem.

Jabberwocky sendiri merupakan makhluk rekaan.



’Twas brillig, and the slithy toves
      Did gyre and gimble in the wabe:
All mimsy were the borogoves,
      And the mome raths outgrabe.

“Beware the Jabberwock, my son!
      The jaws that bite, the claws that catch!
Beware the Jubjub bird, and shun
      The frumious Bandersnatch!”

He took his vorpal sword in hand;
      Long time the manxome foe he sought—
So rested he by the Tumtum tree
      And stood awhile in thought.

And, as in uffish thought he stood,
      The Jabberwock, with eyes of flame,
Came whiffling through the tulgey wood,
      And burbled as it came!

One, two! One, two! And through and through
      The vorpal blade went snicker-snack!
He left it dead, and with its head
      He went galumphing back.

“And hast thou slain the Jabberwock?
      Come to my arms, my beamish boy!
O frabjous day! Callooh! Callay!”
      He chortled in his joy.

’Twas brillig, and the slithy toves
      Did gyre and gimble in the wabe:
All mimsy were the borogoves,
      And the mome raths outgrabe.



Waktunya brillig dan makhluk tove yang lumtur,
Sedang tarlub; berputar-putar dan melubangi sejam,
Semua burung borogove adalah lerita,
Dan Rath, babi hijau rumahan itu busulsin.

"Waspadalah akan Jabberwocky, anakku!
Taringnya menggigit, cakar mencengkeram!
Waspadalah akan burung Jubjub dan hindarkan dari
Si Bandersnatch yang berasap dan pemarah.

Ia mengeluarkan pedang mematikan di tangannya
Telah lama dicarinya musuh yang menakutkan
Ia menanti sejenak di bawah pohon Tumtum,
Dan berdiri di sana sejenak menalar

Dan ketika ia berdiri dengan suasana hati yang garang
Si Jabberwock dengan mata menyala
Datang sambil menyemburkan asap dari hutan yang lebat, tebal, dan hitam
Dan bersuara seperti menyeruput ketika ia datang!

Satu, dua! Satu, dua! Dan terus meruak maju
Pedang mematikan dikibaskan ke sana kemari!
Ia membunuh makhluk itu dan dengan membawa kepalanya
Ia pulang dengan melompat-lompat penuh kemenangan.

"Dan kau telah menebas si Jabberwock?
Mari kemari anakku yang selalu gembira!
Betapa hari yang hebat, menyenangkan, dan menggembirakan! Callooh! Callay!"
Lalu ia tertawa dan mendengus dalam kebahagiaannya.

Waktunya brillig dan makhluk tove yang lumtur,
Sedang tarlub; berputar-putar dan melubangi sejam,
Semua burung borogove adalah lerita,
Dan Rath, babi hijau rumahan itu busulsin.


Puisi di atas  sangat unik. Ada beberapa perbedaan antara kata-kata yang digunakan di dalam puisi asli dengan yang digunakan di dalam terjemahan. Kata-kata yang saya tebalkan bisa dibandingkan dengan kata-kata aslinya di atas. Kata-kata tersebut memiliki makna-makna tersendiri. Berikut ini saya masukkan interpretasi yang dimasukkan di dalam buku oleh penerjemah, yaitu:
  • Brillig. Jam empat siang, waktunya menyiapkan makan malam.
  • Tove. Makhluk yang bentuknya merupakan kombinasi dari luwak, kadal, dan pembuka tutup botol; mereka bersarang di bawah jam matahari dan makanannya hanya keju.
  • Lumtur. Berasal dari kata berlumpur dan lentur.
  • Sejam. Lapangan rumput di sekitar jam matahari. Disebut "sejam" karena ukuran lapangan itu yang luas sebelum jam matahari, luas setelah jam matahari.
  • Borogove. Burung kurus dan jembel yang bulu-bulunya mencuat semua sehingga hampir mirip seperti "kain pel hidup".
  • Lerita. Dari kata lemah dan menderita.
  • Busulsin. Dari kata menghembus, bersiul, dan bersin.
  • Juljub. Seekor burung putus asa yang hidup di dalam hasrat yang abadi.
  • Bandersnatch. Makhluk yang bergerak cepat dengan rahang menggertak, mampu memanjangkan lehernya.

Untuk bagian puisi ini, saya acungkan jempol kepada Agustina Reni Eta Sitepoe yang menjadi penerjemah. Menurut saya, interpretasi terhadap puisi Jabberwocky di atas sangat menarik.


Membaca puisi tadi merupakan petualangan awal bagi Alice di Rumah Cermin. Alice juga diajak untuk memainkan catur raksasa, di mana ketika Alice mencapai Kotak Kedelapan, maka dia bisa menjadi Ratu. Peran yang diemban Alice di permainan catur raksasa ini adalah sebagai pion. Saat itu, Alice sudah berada di Kotak Kedua.

Alice mengingat semua ucapan Ratu kepadanya...

Setiap dua meter, aku akan memberi kamu arah... Setiap tiga meter, aku akan mengulanginya, takut kalau-kalau kau lupa arahnya. Setiap empat meter, aku akan mengucapkan selamat tinggal. Dan setiap lima meter, aku akan pergi!

Sebuah pion akan maju dua kotak pada gerakan pertamanya. Jadi, kau akan bergerak sangat cepat melalui Kotak Ketiga, dekat rel kereta api, dan kau akan mendapati dirimu di Kotak Keempat dalam sekejap. Nah, kotak itu milik Tweedledum dan Tweedledee, yang Kelima sebagian besar berisi air, yang Keenam milik si Humpty Dumpty.

Kotak Ketujuh adalah hutan, namun salah seorang Kesatria akan menunjukkan jalan bagimu dan dalam Kotak Kedelapan kita akan menjadi Ratu bersama-sama dan isinya adalah pesta dan senang-senang!

Pada pasak berikutnya, bicaralah dalam bahasa Prancis saat kau tidak dapat memikirkan sesuatu dalam bahasa Inggris, keluarkan jari-jari kakiku saat kamu berjalan dan ingatlah siapa dirimu!

Dan begitulah terus waktu berlalu dan membawa Alice hingga menyelesaikan petualangannya di dalam Rumah Cermin.

***


Kisah petualangan Alice diperuntukkan bagi semua kalangan. Unsur fantasi yang ada di dalamnya tidak berdiri secara mutlak. Maksudnya, pada setiap akhir kisah petualangan Alice -- baik ketika dia berada di Negeri Ajaib maupun di dalam Rumah Cermin -- kita sebagai pembaca diajak kembali ke dunia nyata. Petualangan-petualangan yang dialami Alice sebelumnya, dianggap sebagai sebuah mimpi. Bagi saya, hal seperti ini membuat kita (termasuk anak-anak yang membaca kisah petualangan Alice) tetap diajak untuk berpikir realistis; se-seru dan se-hebat apapun petualangan fantasi yang dialami di dunia mimpi, tetap tidak merubah apapun yang terjadi di kehidupan nyata. 

Untuk penggunaan kata dan gaya bahasa di dalam buku serial petualangan Alice memang terlihat bukan diperuntukkan bagi anak seusia Alice (sekitar 7 tahun). Memang ada yang terasa "asing" bagi pembaca yang bukan berbahasa Ibu bahasa Inggris seperti kita, tetapi untuk edisi berbahasa Inggris, pemilihan kata-kata yang digunakan Lewis Carroll sebenarnya termasuk yang mudah dipahami oleh semua kalangan (menurut standar di negeri asalnya). Sementara itu, untuk edisi terjemahan bahasa Indonesia, saya merasa bahwa pembaca (terutama pembaca pemula anak-anak) tetap butuh pendampingan karena ada istilah-istilah yang tidak umum digunakan sehari-hari. Kalimat-kalimat yang digunakan di dalam edisi bahasa Inggris cenderung singkat dan to the point. Sedangkan, untuk edisi terjemahan ini, cenderung tidak singkat dan di beberapa bagian terkesan sekali berbelit-belit.

Terlepas dari pujian saya terhadap interpretasi penerjemah di dalam puisi Jabberwocky tadi, saya menduga bahwa penerjemah mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan penggunaan kata-kata yang digunakan oleh Lewis Carroll di serial kisah petualangan Alice ini. Di dalam edisi aslinya, kisah Alice memang dituliskan secara cerdas. Di dalam beberapa analisa yang pernah saya baca dulu menyatakan bahwa cara Lewis Carroll dalam memainkan kata dan metafora terlihat sangat cantik dan kaya makna. Jika kita membaca utuh yang versi asli berbahasa Inggris, akan terlihat bagaimana Lewis Carroll secara puitis memparodikan lirik lagu-lagu "Nina Bobo" di luar sana. Bahkan, dia juga membuat puisi-puisi aneh dan unik. Puisi Jabberwocky di atas tadi adalah puisi aneh ciptaan Lewis Carroll yang paling terkenal di dalam serial kisah petualangan Alice. 


Fakta menarik lainnya dari serial petualangan Alice adalah, memang, awalnya buku ini diperuntukkan bagi anak-anak. Bahkan, cenderung strict dengan konsep bacaan anak-anak sejak ini dipublikasikan pertama kali pada tahun 1865 dulu. Akan tetapi, saat ini, sepertinya kisah petualangan Alice lebih populer di kalangan orang dewasa. Hal ini dikarenakan ada bagian-bagian di dalam kisah ini yang memang hanya dapat sepenuhnya dimengerti oleh orang dewasa, anak-anak belum mampu "menangkap" bagian-bagian tersebut secara lebih abtrak atau tersirat. Serial petualangan Alice merupakan kisah fairy tales, penuh fantasi. Iya. Tetapi, permainan kata-kata yang dilakukan oleh Lewis Carroll banyak yang berbentuk sarkasme (untuk edisi asli bahasa Inggris, tidak begitu terlihat di dalam terjemahan). Isu-isu yang diparodikan oleh Lewis Carroll merupakan komedi satir yang sangat menyindir dunia politik saat itu. Anak-anak akan melihat itu sebagai sebuah bentuk komedi biasa, sementara orang dewasa akan melihatnya sebagai lelucon politik yang dikemas ke dalam cerita yang tidak masuk akal. 

Overal 4/5

You Might Also Like

0 comments

Entri Populer

Formulir Kontak