#02 Kartu Pos Cikiewahab

Kamisan S2 #02 - Kartu Pos: Kartu Pos untuk Malika

10.32Unknown

Aku menemukan sehelai kartu pos terselip di bawah pintu ketika senja tiba dan aku pulang dengan tergesa-gesa. Aku melihat sekeliling dan tak mendapati seseorang yang bisa kutanyai. Kontrakan terasa sunyi dan aku bisa mendengar dengus napasku sendiri. Kuamati kartu itu setelah lampu kuhidupkan dan melihat jelas apa yang tertulis di sana.
Seorang Penyair, Malika
Menikamku dengan kata-kata
Meninggalkan jejak luka
           Pencinta senja
Aku berkerut kening. Alamat yang dituju jelas untukku. Tapi apakah maksudnya dan bagaimana ia -kalau aku ingin menyebutnya satu orang saja- menyebut diriku sebagai penyair yang melukainya. Seketika aku terperanjat. Teleponku berdering.

“Malika! Kau sudah di rumah?”

Suara Nadia, sahabat dan rekan kerjaku di RUNSHOP membuatku lega mendengarnya. “Kau rupanya. Kupikir siapa.  Kenapa kau merahasiakan nomor panggilan?”

“Itu tidak penting. Aku hanya ingin bilang kalau ada kartu pos untukmu.”

“Kartu pos lagi?”

“Iya. Kartu ini cantik sekali, Malika.”

Aku mendesah, gelisah dan mendadak takut. Aku meminta Nadia menyebutkan apa isi tulisan di kartu pos itu. Bagaimana ia bisa ada di sana dan kenapa ketika senja kartu pos itu ada.

“Tidak ada isinya. Kartu ini diantar Pak satpam. Kata Beliau seseorang yang menitipkan itu. Dirimu sudah pulang ternyata. Makanya aku meneleponmu saja. Kartu ini cuma ada tulisan Malika, Perempuan rindu dan Pencinta senja.”

“Oh sialan!” umpatku. “Tolong kau simpan saja kartu itu. Besok aku akan ke kantor pos dan menanyakannya.”

Telepon kututup. Ini sudah dua hari aku menerima kartu pos dari pecinta senja. Aku terdiam cukup lama di kursi ruang tamu sambil membuka buku catatan harianku. Mencoba mengingat dan menerka, apakah aku pernah membuat sebuah puisi untuk melukai seseorang. Aku berdebar. Ingatanku langsung menuju Tamim. Dia lelaki itu. Ah, tapi tak mungkin. Aku hanya bertemu ia tiga kali dalam sebuah acara perhelatan puisi di Batam.

Dalam waktu sesingkat itu, ia bilang menyukaiku dan mengucapkan pernyataan cinta di hadapan semua orang yang hadir. Jelas saja aku tidak menerimanya. Aku belum mengenal dirinya secara utuh dan itu membuat ia ditertawakan orang-orang dan ia pergi dari hadapanku seketika itu juga. Aku menahan napas. Benarkah itu dia? Pecinta senja?  Ya barangkali ia dendam padaku. Atau barangkali ia hendak memberi pelajaran padaku. Aku menarik satu tanganku yang tetap gemetar. Mendekap keduanya di dada.

Besok aku tak perlu ke kantor pos untuk menanyakan perihal kartu pos ini. Aku hanya perlu menghubungi rumah sakit dan kantor polisi. Sebab kini, di hadapanku. Tamim menenteng belasan kartu pos sambil tertawa dan membuatku terpekik tiba-tiba

You Might Also Like

0 comments

Entri Populer

Formulir Kontak