Kamisan S3 #15: Lukisan Hitam-Putih
17.15Unknown
Sebuah undangan terbuka tercetak di harian pagi. Tajuk “Lukisan Hitam
– Putih” dalam huruf italic, lebih menonjol dari kalimat pengantar di
atasnya, yang merupakan undangan sebuah pembukaan pameran di sebuah
pusat kebudayaan di pusat kota. Meskipun undangan itu bersifat terbuka
untuk umum, penyelenggara menetapkan dress code bagi orang-orang yang ingin datang melihat pameran tersebut. Nuansa hitam – putih dalam berpakaian ditetapkan.
Tidak ada informasi detil yang dimuat tentang pameran tersebut. Vanya
hampir tidak memedulikan undangan tersebut. Tapi, rasa penasaran yang
muncul di hatinya lebih kuat. Diamatinya sekali lagi undangan terbuka
tersebut dan kakinya segera beranjak.
Ruang pameran dikunjungi oleh segelintir orang. Satu dua orang tidak mengikuti dress code yang telah ditetapkan dan mereka diberikan pita hitam-putih yang disematkan di dada mereka. Sementara, bagi orang-orang yang berpakaian nuansa hitam-putih seperti dirinya, tidak diberikan pita tersebut.
Vanya menelusuri ruangan, memerhatikan satu per satu lukisan yang
tergantung di dinding. Semua lukisan memiliki kesamaan tema. Hitam-putih. Ia pun menyadari, tidak satu pun nama pelukis yang ia kenal dari
lukisan-lukisan yang tergantung. Ia membuka buku dalam genggamannya.
Buku yang memuat informasi lengkap tentang pameran lukisan ini. Ia
menemukan bahwa semua pelukis datang dari berbagai latar belakang.
Berbeda daerah asal. Bermacam profesi. Mereka semua terhubung oleh satu
benang, rasa kehilangan. Vanya menyadari bagaimana lukisan-lukisan itu
hendak bercerita. Sapuan cat abu-abu dan hitam yang tertuang di kanvas
putih merupakan ungkapan rasa kehilangan yang ingin disampaikan oleh
para pelukis tersebut. Setiap lukisan pun melukis cerita yang terpapar
dalam buku. Seperti lukisan di hadapannya kini ….
Yola M. Caecenary
Kamisan #15 Session 3 : “Lukisan Hitam – Putih” Deadline : 20 Agustus 2015
0 comments